Assalamu'alaikum^_^

Khalifah Ali Bin Abi Thalib berpesan untuk kita dalam mencari Ilmu^_^UNZHUR MAA QAALA WALAA TANZHUR MAN QAALA....Perhatikan apa yang dikatakan dan jangan perhatikan siapa yang mengatakan

Wednesday, January 11, 2012



Alpiraden: ‘Ya Allah, izinkan aku untuk mencintai-Mu melebihi segala yang ada di dunia ini. Izinkan aku mencintai orang yang mencintai-Mu. Izinkan aku mencintai segala perkara yang dapat menjuruskan aku untuk mencintai-Mu… Kaifa ad’uka wa ana ana, ya Wadud. Wa kaifa aqta’i raja’i minka wa Anta Anta ya Rahman. Amin Ya Rabb’.

Bismillah
Dunia hari ini tidak keterlaluan jika kita sebut dunia yang liar dan asing.Dimana cinta kasih sangat mahal harganya.Krisis keimanan merajalela.Banyak jiwa yang sudah tidak takut lagi kepada sang Khaliq bahkan mungkin tidak percaya akan adanya sang penguasa segala sesuatu.Banyak jiwa sudah semakin kurus kering karena mereka sibuk mengurusi hal hal yang bersifat keduniawian,sehingga kebutuhan jiwa tidak pernah dipenuhi.
Jika cinta dunia sudah menutup hati, yang terjadi hanyalah kerusakan dan kejahatan.Jiwa tidak akan mampu lagi setia kepada kebaikan dan yang terjadi adalah umbaran hawa nafsu.Hawa nafsu menjadi raja….Astaghfirullohal adzim

Sebuah peringatan yang bagus dari Sheikh Abu Madyan r.a:
“Barang siapa yang sibuk dengan tuntutannya terhadap dunia, niscaya dibalakan dengan kehinaan di dalamnya”. (Lata’if al Minan fi Syarh Hikam Abi Madyan).
Hati yang sudah mencintai dunia akan jauh dari mencintai Alloh dan semakin jauh dari berprasangka baik kepada Alloh itulah salah satu bentuk kehinaannya.

Subhanalloh…Alloh Ar rahman Ar Rahiim
Sejauh apapun kita memalingkan hati dari mengingatNya.Tidak jarang sering kali kita mendustakan nikmatNya,melakukan kemaksiatan dan tidak menghiraukan seruhanNya.Alloh tidak pernah sedikitpun melupakan kita.Dia tetap melimpahkan rahmat,ihsan dan kasihNya.

Hati yang sudah tertutup maka tidak akan mampu menerima cahaya Ilahi.Kedamaian akan jauh darinya.Kehidupannya akan dipenuhi keresahan dan kesepian.Bukankah hanya dengan mengingat Alloh hati akan menjadi tenang.
Kita akan selalu dihadapkan dalam dua pilihan, mencintai Alloh atau mencintai dunia yang penuh dengan kepalsuan.Jiwa yang mencintai Alloh akan setia kepada kebaikan dan jiwa yang mencintai dunia akan lebih condong kepada keburukan.Dan apa yang didapatkan oleh jiwa yang setia kepada keburukan selain jiwa yang kosong,hati yang hampa.Harta,saudara,teman,anak,suami,isteri tidak akan membawa kebahagiaan jika hati tidak mampu mendapat cahaya ilahi.

Wahai jiwa yang mungkin sekarang sedang kurus kering…. Alloh sangat mencintai kita dan hanya mencintai Alloh yang akan membawa kebahagiaan abadi dunia akhirat.InsyaAlloh..

Berbagai wujud Cinta Alloh kepada hambaNya

Salah satu kunci menemukan sentuhan cinta ilahi adalah kita bertafakur tentang pelbagai hakikat keluasan cinta-Nya itu. Sesungguhnya seluas mana pun rasa cinta dan kasih yang dipersembahkan oleh makhluk kepada al-Khaliq tidak sedikit pun mampu menyaingi setitis kasih Alloh terhadap hamba-Nya.Itu semua adalah karena sifat Alloh Yang Mulia di mana rahmat dan kasih sayang-Nya senantiasa mendahului daripada kemurkaan-Nya.
Keharuman kasih Allah SWT kepada manusia turut tersebar harumnya melalui di utusnya seorang Rosul Muhammad SAW.
Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kurniaan-Nya ke atas orang-orang beriman tatkala mengutuskan buat mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri. (ali-’Imran: 164)
Rosululloh SAW adalah makhluk yang menyebarkan rasa kasih dan kerahmatan ini melalui mutiara kalam, perilaku dan akhlaknya. Maha Suci Alloh yang telah mengutus Baginda SAW sebagai penyempurna bagi akhlak yang mulia. Baginda SAW bersabda,

“Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Kita menerima risalah-Nya melalui sentuhan cinta makhluk pilihan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Melalui risalah rahmat dan mahabbah (kasih sayang) itu,semua makhluk di muka bumi ini dapat menadah titis-titis rahmat dan kasih Alloh SWT. Mereka yang kafir tetap diberi peluang mendengar, meneliti, merenung dan mencari jalan hidayah serta tidak langsung diazab berdasarkan kekufurannya.
Kaum munafik tidak diperintahkan agar dibunuh. Bahkan selagi lidahnya bersaksi“Tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad itu adalah utusan Alloh”, maka darah dan hartanya terpelihara di sisi Islam walaupun hakikat kesudahan mereka adalah di tingkat terbawah dari tingkatan neraka.
Demikian juga bagi kaum yang fasiq. Mereka diberi ruang dan peluang mencari jalan hidayah sepanjang kehidupannya dan bertaubat membersihkan diri daripada dosa-dosa lalu, tanpa diturunkan azab secara langsung sebagaimana yang melanda umat nabi-nabi terdahulu.
Inilah sikap pemurah dan belas ihsan Alloh SWT kepada makhluk-Nya, sedangkan Alloh SWT tidak sedikitpun berkehendak atau perlu kepada makhluk-Nya seperti firman-Nya dalam hadis qudsi

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian tidak akan dapat menggunakan sesuatu kemudaratan untuk memudaratkan-Ku dan tidak akan dapat menggunakan sesuatu yang bermanfaat untuk memberikan sesuatu manfaat kepada-Ku”.

Melalui hadis qudsi ini Alloh SWT menerangkan bahwa setiap maksiat hamba-Nya itu tidak sedikitpun dapat menggoncang kerajaan dan kekuasaan-Nya atau mengurangkan kehebatan-Nya. Dan setiap ibadat hamba-Nya itu tidak sedikitpun memberi manfaat kepada-Nya.
Bahkan kerajaan Allah SWT gagah perkasa dan berdiri dengan sendiri-Nya tanpa memerlukan bantuan makhluk-makhluk-Nya.
Maka hakikat sebenarnya Alloh SWT memerintahkan hambaNya beribadat dan menunaikan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya ialah demi kasih sayang dan rahmat-Nya.
Peringatan inilah yang zahir dalam firman Alloh,
Dan barang siapa yang berjihad sesungguhnya dia berjihad untuk dirinya sendiri, sesungguhnya Alloh adalah Maha Kaya daripada (memerlukan) sekalian alam. (al-Ankabut: 6)

Di antara tanda cinta Alloh SWT kepada hamba-hamba-Nya juga, Dia senantiasa membuka pintu keampunan-Nya kepada mereka yang melampaui batas dan menzalimi diri sendiri dengan melakukan dosa dan maksiat.
Bahkan, Alloh SWT melarang para hamba-Nya berputus asa dari rahmat dan kasih sayang-Nya walau sebesar mana pun dosa dan maksiat yang mereka lakukan.
Alloh SWT berfirman:
Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas (melakukan dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah… (al-Zumar: 53)

Alloh SWT dengan sifat Pengasih dan Penyayang-Nya membuka seluas-luasnya pintu keampunan buat mereka dengan pelbagai jalan. Di antara jalannya adalah memperbanyakkan amal kebajikan kerana ia adalah penghapus kejahatan.
Selain itu, memperbanyakkan istighfar memohon keampunan kepada-Nya sebagaimana dalam maksud sebuah hadis qudsi: 

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan (dosa) pada waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampunkan dosa keseluruhannya, maka pohonlah keampunan daripada-Ku, nescaya Aku akan mengampunkan kalian”.

Memperbanyakkan istighfar dan taubat juga adalah tanda seorang mukmin yang benar dan sempurna dalam keimanannya. Oleh karena itulah, sekalipun Rosululloh SAW terpelihara daripada melakukan dosa dan maksiat, beliau tetap istighfar dengan jumlah yang banyak setiap hari.
Menurut Sheikh al Islam Imam al Akbar Dr. Abdul Halim Mahmud r.a, Nabi SAW beristighfar bukan kerana melakukan dosa dan kelalaiannya sebab mustahil bagi kedudukan dan derajat Baginda SAW. Sebaliknya, istighfar Baginda SAW adalah istighfar ibadah sebagai suatu munajat dalam pengabdiannya kepada Alloh SWT.
Inilah suatu sisi daripada gambaran keistimewaan dan kesempurnaan Rasululloh SAW bagi siapa yang telah dibukakan oleh Alloh SWT pintu untuk mengenali-Nya.
Cinta al-Khaliq terhadap makhluk juga, seperti yang dipetik dari kalam Nubuwwah, lebih hebat daripada kasih seorang ibu yang senantiasa bersungguh-sungguh menjaga, mempertahankan dan menjamin keselamatan bayinya yang masih kecil.
Jika kasih ibu dipuja dan dinobatkan begitu tinggi oleh manusia tanpa mengira agama, maka seharusnya cinta dan kasih Tuhan itu lebih dipuji, dipuja dan didaulatkan. Justru, wajarlah cinta Ilahi itu dibalas dengan rasa pengagungan, taat setia dan menjunjung perintah dengan penuh keikhlasan, keazaman dan keluhuran budi.
Para penghulu salafussoleh yang telah sekian lama meninggalkan kita telah merasakan nikmat ini. Nikmat dalam mencintai Alloh SWT dan Alloh SWT pula mencintai mereka.
Munajat dan rintihan mereka menjadi perhiasan malam hari dalam usaha mendamba kasih-Nya. Mereka benar-benar telah mendambakan cinta dan kasih al-Khaliq. Cahaya kasih itu pula terpancar dari kalam nasihat  mereka untuk umat.
Bicara, nasihat dan pedoman mereka terbit dari hati yang telah disirami dengan cinta al-Khaliq. Lantas apa yang disampaikan benar-benar membekas di hati para pendengarnya. Lalu diamalkan dan dijadikan sebagai manhaj ikutan dalam kehidupan sehingga ke hari ini.
Demikianlah keistimewaan dan keajaiban bagi hati yang telah disinari cahaya kasih dan cinta Allah SWT.
Maka tiada lagi pilihan bagi golongan beriman selain berusaha mencari jalan memburu kasih dan cinta-Nya. Terdapat pelbagai jalan melalui amal kebajikan dan peribadatan untuk meraih kasih-Nya, sebanyak nafas yang keluar masuk di jasad insan.
Memburu cinta Allah juga berarti memburu cinta para kekasih Allah yang boleh menyampaikan kita kepada Allah. Apabila kita dihimpunkan bersama para kekasih Allah SWT yang benar-benar mendapat pandangan khusus dan inayah-Nya, pada saat itulah segala kalam bicara, tindak-tanduk dan seruan kita menjadi cerminan bagi sunnah Penghulu Segala Rasul, Sayyidina Muhammad SAW.
Semoga kita semua benar-benar dapat merasakan nikmat cinta Ilahi. Cinta Tuhan Yang Maha Tinggi, yang menyifatkan sifat cinta, kasih dan rahmat pada diri-Nya melalui firman-Nya:
Dialah Tuhan Yang telah menurunkan hujan setelah mereka (manusia) berputus asa dan Dia sentiasa menyebarkan rahmat-Nya serta Dialah Tuhan yang mengurniakan pertolongan dan Tuhan Yang Maha Terpuji. (asy-Syura: 28). 
Amin ya Robbi...
salam alpi...buat semuanya....(dibuat oleh Alpiraden edit oleh DextrNadhofah)

No comments:

Post a Comment